Rabu, 12 Februari 2014

Penelitian Historis


PENELITIAN SEJARAH (HISTORIS) 

Oleh: Akhmad Dairoby Al-Banjary

Abstrak

Penelitian historis di dalam bidang pendidikan merupakan penelitian yang sangat penting atas dasar beberapa alasan. Penemuan-penemuan dari kegiatan penelitian akan sangat bermanfaat karena dari masa lampau akan diketahui pengalaman baik maupun kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh para pendahulu. Di samping itu informasi tentang hal yang diperoleh akan dapat digunakan untuk mengubah langkah, serta meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Dalam tulisan ini memuat gambaran secara ringkas mengenai metode, metodelogi, hubungan metode dan metodelogi, prinsip-prinsip dan langkah-langkah yang harus dipahami oleh seorang yang ingin melakukan penelitian historis.
Kata kunci: metode sejarah dan penelitian sejarah.

A.    Pendahuluan
Para peneliti dapat memilih berjenis-jenis metode dalam melakukan penelitiannya. Sudah terang, metode yang dipilih berhubungan erat dengan prosedur, alat serta desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus sesuai dengan metode penelitian yang dipilih. Prosedur serta alat yang digunakan dalam penelitian harus cocok dengan metode penelitian yang digunakan.
Penelitian dapat kita lihat dari segi perspektif serta waktu terjadinya fenomena-fenomena yang diselidiki. Metode sejarah mempunyai perspektif historis. Banyak juga ahli yang mempersamakan metode sejarah dengan metode dokumenter, karena dalam metode sejarah banyak data didasarkan pada dokumen-dokumen. Tetapi sebenarnya metode sejarah tidak sama dengan metode dokumenter, karena metode dokumenter dapat saja mengenai masalah dini dan tidak perlu mengenai masalah masa lalu. Metode sejarah menggunakan catatan observasi atau pengamatan orang lain yang tidak dapat diulang-ulang kembali.
Penelitian historis di dalam pendidikan merupakan penelitian yang sangat penting atas dasar beberapa alasan. Penelitian historis bermaksud membuat rekontruksi masa latihan secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasikan serta mensintesiskan bukti-bukti untuk mendukung bukti-bukti untuk mendukung fakta memperoleh kesimpulan yang kuat. Dimana terdapat hubungan yang benar-benar utuh antara manusia, peristiwa, waktu, dan tempat secara kronologis dengan tidak memandang sepotong-sepotong objek-objek yang diobservasi.
B.     Pengertian Metode dan Metodologi dan Hubungannya
Menurut definisi kamus Webster’s Third New International Dicitionary Of The English Language  dalam Hamid Darmadi (2013) yang disebut dengan metode pada umunya adalah
  1. Suatu prosedur atau proses untuk mendapatkan sesuatu objek;
  2. Suatu disiplin atau sistem yang acapkali dianggap sebagai suatu cabang logika yang berhubungan  dengan prinsip-prinsip yang dapat diterapkan untuk penyidikan kedalam suatu eksposisi dari beberapa subjek;
  3. Suatu prosedur, teknik, atau cara melakukan penyelidikan  sistematis yang dipakai oleh atau yang sesuai untuk suatu ilmu (sains), seni, atau disiplin tertentu : metodelogi;
  4. Suatu rencana sistematis yang diikuti dalam menyajikan materi untuk pengajaran;
  5. Suatu cara memandang, mengorganisasi dan memberikan bentuk dan arti khusus pada materi-materi artistik: suatu cara, teknik, atau proses dari atau untuk melakukan sesuatu: suatu keseluruhan keterampilan-keterampilan (a body of skills) atau teknik-tehnik.[1]
Jadi yang dimaksud dengan metode adalah suatu prosedur yang sifatnya teratur dalam melakukan penelitian agar mendapatkan objek yang akan menjadi penelitiaanya.
Dalam hal ini metode dan metodologi erat hubungannya seperti yang akan digambarkan oleh  webster’s. Metodologi yang dimaksud adalah:
  1. Suatu keseluruan (body) metode–metode prosedur–prosedur, konsep-konsep kerja, aturan-aturan, dan postult–postulat yang di gunakan oleh ilmu pengetahuan, seni, atau disiplin ...
  2. Proses, tehnik–tehnik, atau pendekatan–pendekatan yang di pakai dalam pemecahan suatu masalah atau di dalam mengerjakan sesuatu; suatu atau seperangkat prosedur–prosedur…
  3. Dasar teoritis dari suatu doktrin filsafat: premis–premis, postulat–postulat, dan konsep-konsep dasar dari suatu filsafat ... ;
  4. Suatu ilmu atau kajian tentang metode ... menganalisis prinsip–prinsip atau prosedur–prosedur yang harus menuntun penyelidikan dalam suatu bidang (kajian) tertentu.[2]
Kamus the new lexicon memberikan definisi umum tentang metodologi yang lebih singkat : ’’suatu cabang filsafat yang berhubungan dengan ilmu tentang metode tentang atau prosedur; suatu sistem tentang metode-metode dan aturan-aturan yang digunakan dalam sains (science)”.
Merujuk pengertian di atas sudah tampak jelas pengertian dari metode dan metodologi. Apabila digarisbawahi setiap pengertian, keduanya ternyata mempunyai tugas yang sama, ringkasnya untuk mendapatkan objek yang sedang diteliti oleh seorang peneliti itu sendiri. Hal ini juga ditambahkan oleh Hamid Darmadi bahwa ”metode ada hubungannnya dengan suatu prosedur, proses atau teknik yang sistematis untuk mendapatkan objek yang diteliti”.[3]
Selain mempunyai tugas yang sama antara metode dan metodologi mempunyai kegiatan yang berbeda. Ini salah satu contoh yang cukup mudah dicerna seperti yang dijelaskan oleh Hamid Darmadi masalah tukang tembok dan Insinyur. Seorang tukang tembok yang jelas mengetahui bagaimana mengetahui dan menguasai (metode) membangun rumah dengan melakukan sendiri penyusunan bata demi bata, pencampuran semen untuk beton dan plester tembok tampa harus mengetahui segala macam teori dan perhitungan yang cukup rumit. Tetapi seorang Insinyur membangun rumah harus menguasai metodologi (ada metode juga) dalam membangun sebuah gedung. ia merencanakan semua dari awal sampai dengan desainnya, kekuatan bangunannya, keamanan dan kenyamannnnya sampai pada hubungan gedung dengan lingkungan sekitarnya. Lebih jelasnya oleh Hamid Darmadi menambahkan diantara keduanya. Pertama: metode sebagai bagaimana orang memperoleh pengetahuan (how to know) dan ke dua: metodologi sebagai mengetahui bagaimana harus mengetahui  ( to  know how to know).[4]
Jika gambaran di atas dikaitkan dengan metode dan metodologi  ilmu sejarah, maka yang dimaksud dengan metode sejarah tidak lain adalah bagaimana mengetahui sejarah sedangkan metodelogi ialah mengetahui bagaimana mengetahui sejarah. Secara definisi metode sejarah adalah seperangkat prinsip dan aturan yang sistematis, didesain untuk memberikan bantuan dalam upaya mengumpulkan sumber bagi sejarah, menilai secara kritis dan menyajikan suatu sintesis yang biasanya dalam bentuk tertulis dari hasil yang didapatkan.
C.    Pengertian Penelitian Sejarah
Sejarawan Inggris E.H. Carr (dalam Gall, Gall & Borg, 2007), telah menjawab pertanyaan “What is history?”. Sejarah adalah suatu proses interaksi yang terus-menerus antara sejarawan dan fakta yang ada, yang merupakan dialog tidak berujung antara masa lalu dan masa sekarang. Artinya sejarah adalah pengetahuan yang tepat terhadap apa yang telah terjadi. Menurut Nevins (1933), sejarah adalah deskrispsi yang terpadu dari kedaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran.[5] Penelitian dengan menggunakan metode sejarah penyelidikan yang kritis terhadap keadaan-keadaan, perkembangan, serta pengalaman di masa lampau dan menimbang secara cukup teliti dan hati-hati bukti validitas dari sumber sejarah serta interpretasi dari sumber- sumber keterangan tersebut.
Secara umum dapat dimengerti bahwa penelitian historis merupakan penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis. Atau dapat dengan kata lain yaitu penelitian yang bertugas mendeskripsikan gejala, tetapi bukan yang terjadi pada waktu penelitian dilakukan.
Sejarah adalah pengetahuan yang tepat terhadap apa yang telah terjadi. Sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran.
Menurut Jack. R. Fraenkel & Norman E. Wallen, (1990:411) dalam Nurul Zuriah, (2005: 51) menyatakan bahwa penelitian sejarah adalah penelitian yang secara eksklusif memfokuskan kepada masa lalu. Penelitian ini mencoba merenkonstruksi apa yang terjadi pada masa yang lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan biasanya menjelaskan mengapa hal itu terjadi.[6] Dalam mencari data dilakukan secara sistematis agar mampu menggambarkan, menjelaskan, dan memahami kegiatan atau peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu.
Sementara menurut Donald Ary dkk. (1980) dalam Nurul Zuriah, (2005:51) juga menyatakan bahwa penelitian historis adalah untuk menetapkan fakta dan mencapai simpulan mengenai hal-hal yang telah lalu, yang dilakukan secara sistematis dan objektif oleh ahli sejarah dalam mencari, mengvaluasi dan menafsirkan bukti-bukti untuk mempelajari masalah baru tersebut.[7]
Sedangkan menurut Suharsini Arikunto (1995) menjelaskan secara umum dapat dimengerti bahwa penelitian historis merupakan penelaahan dokumen serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis.[8] Dengan mempelajari sesuatu yang telah lampau para sejarawan pendidik berharap dapat memahami keadaan, prakatek pendidikan dengan lebih baik dan selanjutnya dapat memecahkan permasalahan yang timbul dengan mengacu pengalaman lama. Oleh karena itu Edward Carr dalam Suharsini Arikunto (1995) dikatakan bahwa sejarah merupakan proses interaksi yang tidak henti-hentinya antara sejarawan dengan fakta dan merupakan dialog yang tidak pernah berakhir antara masa sekarang dengan masa lampau.[9]
Berdasarkan pandangan yang disampaikan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian penelitian sejarah mengandung beberapa unsur pokok, yaitu: 
1.      Adanya proses pengkajian peristiwa atau kejadian masa lalu (berorientasi pada masa lalu);
2.      Usaha dilakukan secara sistematis dan objektif;
3.      Merupakan serentetan gambaran masa lalu yang integratif antar manusia, peristiwa, ruang dan waktu;
4.      Dilakukan secara interaktif dengan gagasan, gerakan dan intuisi yang hidup pada zamannya (tidak dapat dilakukan secara parsial).
D.    Tujuan Penelitian Sejarah
Adapun yang menjadi tujuan penelitian sejarah atau historis adalah untuk memahami masa lalu, dan mencoba memahami masa kini atas dasar persitiwa atau perkembangan di masa lampau.
Sedangkan Donal Ary (1980) dalam Nurul Zuriah (2005: 52) menyatakan bahwa tujuan penelitian historis adalah untuk memperkaya pengetahuan peneliti tentang bagaimana dan mengapa suatu kejadian masa lalu dapat terjadi serta proses bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, pada akhirnya, diharapkan meningkatnya pemahaman tentang kejadian masa kini serta memperolehnya dasar yang lebih rasional untuk melakukan pilihan-pilihan di masa kini.[10] 
Berikutnya Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wellen (1990) dalam Moh. Nazir (1998:56) menyatakan bahwa para peneliti pendidikan sejarah melakukukan penelitian sejarah dengan tujuan untuk :
1.      Membuat orang menyadari apa yang terjadi pada masa lalu sehingga mereka mungkin mempelajari dari kegagalan dan keberhasilan masa lampau;
2.      Mempelajari bagaiman sesuatu telah dilakukan pada masa lalu, untuk melihat jika mereka dapat mengaplikasikan maslahnya pada masa sekarang;
3.      Membantu memprediksi sesuatu yang akan terjadi pada masa mendatang;
4.      Membantu menguji hipotesis yang berkenaan dengan hubungan atau kecendrungan. Misalnya pada awal tahun 1990, mayoritas guru-guru wanita datang dari kelas menengah ke atas, tetapi guru laki-laki tidak;
5.      Memahami praktik dan politik pendidikan sekarang secara lebih lengkap.[11]
Dengan demikian, tujuan penelitian sejarah tidak dapat dilepaskan dengan kepentingan masa kini dan masa mendatang.
Terkait dengan poin ke empat di atas, Ada orang yang beranggapan bahwa hipotesis tidak diperlukan dalam penelitian sejarah. Ini tidak benar. Seperti penelitian yang menggunakan metode-metode lain, metode sejarah juga memerlukan adanya hipotesis sebagai jawaban sementara dalam memecahkan masalah. Memang, jika kerja hanya untuk memperoleh catatan-catatan masa lampau untuk kebutuhan masa sekarang, hipotesis tidak diperlukan. Tetapi penelitian yang hanya sekedar mengumpulkan catatan-catatan dan fakta-fakta masa lampau saja, bukanlah penelitian dalam arti yang sesungguhnya, tetapi hanya merupakan sebagian kecil prosedur atau step-step metode ilmiah dalam penelitian-penelitian sejarah. Seperti halnya penelitian-penelitian lain, metode sejarah juga bermaksud untuk menemukan suatu generalisasi yang akan menemukan pengertian-pengertian tentang fenomena-fenomena dengan dimensi waktu, yang mana generalisasi itu mencakup bukan saja masa lampau, tetapi juga tentang masa sekarang dan masa yang akan datang. Karena itu, hipotesis dalam metode penelitian sejarah diperlukan sebagai titik tolak dalam memfokuskan serta memandui kerja.
E.     Prinsip-prinsip dalam Penelitian Historis
Pertama yang harus dilakukan adalah menentukan topik penelitian dengan tujuan agar dalam melakukan pencarian sumber-sumber sejarah dapat terarah dan tepat sasaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan topik penelitian historis dapat didasarakan pada unsur-unsur berikut ini:
1.      Bernilai, yaitu peristiwa sejarah yang diungkap tersebut harus bersifat unik, kekal, abadi.
2.      Keaslian (Orisinalitas), yaitu peristiwa sejarah yang diungkap hendaknya berupa upaya pembuktian baru atau ada pandangan baru akibat munculnya teori dan metode baru.
3.      Praktis dan Efesien, yaitu peristiwa sejarah yang diungkap terjangkau dalam mencari sumbernya dan mempunyai hubungan yang erat dengan peristiwa itu.
4.      Kesatuan, yaitu unsur-unsur yang dijadikan bahan penelitian itu mempunyai satu kesatuan ide.[12]
Secara singkat dapat dikemukakan disini bahwa faktor-faktor kondisi tersebut ada yang bersumber dari diri peneliti maupun dari luar. Apabila dicirikan ada empat hal yang harus dipenuhi bagi terpilihnya masalah atau judul penelitian, yaitu harus ada minat peneliti, harus dapat dilaksanakan, harus tersedia faktor pendukung dan harus bermanfaat. Dua hal yang pertama bersumber dari peneliti( faktor intern) dan dua terakhir bersumber dari luar peneliti( faktor ekstern)
F.     Ciri-ciri Penelitian Sejarah
Beberapa ciri-ciri khas dari metode sejarah adalah sebagai berikut :
1.      Metode sejarah lebih banyak menggantungkan diri pada data yang diamati orang lain di masa-masa lampau.
2.      Data yang digunakan lebih banyak bergantung pada data primer dibandingkan dengan data sekunder. Bobot data harus dikritik, baik secara internal maupun eksternal.
3.      Metode sejarah mencari data secara lebih tuntas serta mengganti informasi yang lebih tua yang tidak tidak diterbitkan ataupun yang tidak dikutip dalam bahan acuan yang standar.
4.      Sumber data harus dinyatakan secara defenitif, baik nama pengarang, tempat dan waktu. Sumber tersebut harus diuji kebenaran dan ketulenannya. Fakta harus dibenarkan oleh sekurang-kurangnya dua saksi yang tidak pernah berhubungan.[13]
Seorang sejarawan juga diharuskan untuk mengetahui pengetahuan metodologis (tentu saja termasuk metode). Seperti yang telah dijelaskan diatas pada intinya sejarawan itu bagaimana nantinya mampu menggunakan ilmu metode sejarah. Pada tempat yang sebenarnya, seorang sejarawan harus bisa mengetahui prosedur dari setiap metode sejarah.
Selain didukung sejarawan menguasai metode dan metodelogi sejarah, sejarawan juga dituntut untuk menguasai yang namanya teori dan filsafat. Sejarawan selalu dibenturkan dengan teori-teori (pendidikan, sosial, ekonomi, politik, dll.) jika ingin menulis peristiwa sejarah agar nantinya bisa membantu dalam menganalisisnya.
G.    Langkah-langkah dalam Penelitian Sejarah
Menurut  M. Subana dkk. (2005: 88), merumuskan kerangka penelitian sebagai berikut : (1) Pendefinisian Masalah, (2) Perumusan masalah, (3) Pengumpulan data, (4) Analisis data, dan (5) Kesimpulan.[14]
Senada dengan langkah-langkah seperti dikemukan di atas, Suharsimi Arikunto merumuskan perosedur penelitian historis sebagai berikut: (1) Merumuskan problematika, (2) Menelaah sumber-sumber sejarah, (3) Merekam informasi dari sumber sejarah, (4) Mengeavalusi sumber-sumber sejarah, dan (5) Menginterpretasikan hasil evaluasi sumber sejarah.[15]
Sebagai contoh : 
·      Judul :  Penelusuran komunisme di Indonesia Tahun 1945 hingga tahun 1965.
·      Perumusan masalah : Apakah komunisme yang ada di masyarakat Indonesia merupakan warisan penjajah atau kebudayaan asli ?
·      Pengumpulan data : Analisis dokumen, wawancara dari sumber primer dan sumber sekunder
·      Analisis data : Cenderung melibatkan analisis yang logis, bukan analisis statistika, kalau pun perlu statistika hanya sebatas statistik deskriptif. 
·      Kesimpulan : Misalnya, tidak benar bahwa komunisme merupakan budaya warisan penjajah yang menular pada bangsa kita.
Sementara itu, menurut Sukardi (2003) mengemukakan langkah-langkah dalam penelitian historis adalah sebagai berikut: (1) Pemilihan subyek yang akan diteliti, (2) Heuristik (pengumpulan data), (3) Kritik (verifikasi), (4) Interpretasi (penafsiran), dan (5) Historiografy (penulisan sejarah).[16]
Selanjutnya akan diuraikan secara ringkas langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh para ahli di atas sebagai berikut:
1.      Pemilihan Subyek yang akan Diteliti
Pertama yang harus dilakukan adalah menentukan topik penelitian dengan tujuan agar dalam melakukan pencarian sumber-sumber sejarah dapat terarah dan tepat sasaran.Pemilihan topik penelitian dapat didasarakan pada unsur-unsur berikut ini:
  • Bernilai, peristiwa sejarah yang diungkap tersebut harus bersifat unik, kekal, abadi.
  • Keaslian (Orisinalitas), peristiwa sejarah yang diungkap hendaknya berupa upaya pembuktian baru atau ada pandangan baru akibat munculnya teori dan metode baru.
  • Praktis dan Efesien, peristiwa sejarah yang diungkap terjangkau dalam mencari sumbernya dan mempunyai hubungan yang erat dengan peristiwa itu.
  • Kesatuan, unsur-unsur yang dijadikan bahan penelitian itu mempunyai satu kesatuan ide.
2.      Heuristik (Pengumpulan Data)
Heuristik merupakan langkah awal dalam penelitian sejarah untuk berburu dan mengumpulkan berbagi sumber data yang terkait dengan masalah yang sedang diteliti. Misalnya dengan melacak sumber sejarah tersebut dengan meneliti berbagai dokumen, mengunjungi situs sejarah, mewawancarai para saksi sejarah.
3.      Kritik (Verifikasi)
Kritik merupakan kemampuan menilai sumber-sumber sejarah yang telah dicari (ditemukan). Kritik sumber sejarah meliputi kritik ekstern dan kritik intern.
  • Kritik Ekstern, kritik ekstern di dalam penelitian ilmu sejarah umumnya menyangkut keaslian atau keautentikan bahan yang digunakan dalam pembuatan sumber sejarah, seperti prasasti, dokumen, dan naskah. Bentuk penelitian yang dapat dilakukan sejarawan, misalnya tentang waktu pembuatan dokumen itu (hari dan tanggal) atau penelitian tentang bahan (materi) pembuatan dokumen itu sndiri. Sejarawan dapat juga melakukan kritik ekstern dengan menyelidiki tinta untuk penulisan dokumen guna menemukan usia dokumen. Sejarawan dapat pula melakukan kritik ekstern dengan mengidentifikasikan tulisan tangan, tanda tangan, materai, atau jenis hurufnya.
  • Kritik Intern, kritik Intern merupakan penilaian keakuratan atau keautentikan terhadap materi sumber sejarah itu sendiri. Di dalam proses analisis terhadap suatu dokumen, sejarawan harus selalu memikirkan unsur-unsur yang relevan di dalam dokumen itu sendiri secara menyeluruh. Unsur dalam dokumen dianggap relevan apabila unsur tersebut paling dekat dengan apa yang telah terjadi, sejauh dapat diketahui berdasarkan suatu penyelidikan kritis terhadap sumber-sumber terbaik yang ada.
4.      Interpretasi (Penafsiran)
Interfretasi adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut hingga menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Dari berbagi fakta yang ada kemudian perlu disusun agar mempunyai bentuk dan struktur. Fakta yang ada ditafsirkan sehingga ditemukan struktur logisnya berdasarkan fakta yang ada, untuk menghindari suatu penafsiran yang semena-mena akibat pemikiran yang sempit. Bagi sejarawan akademis, interpretasi yang bersifat deskriptif saja belum cukup. Dalam perkembangan terakhir, sejarawan masih dituntut untuk mencari landasan penafsiran yang digunakan.
5.      Historiografy (Penulisan Sejarah)
Historiografy adalah proses penyusunan fakta-fakta sejarah dan berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk penulisan sejarah. Setelah melakukan penafsiran terhadap data-data yang ada, sejarawan harus sadar bahwa tulisan itu bukan hanya sekedar untuk kepentingan dirinya, tetapi juga untuk dibavca orang lain. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan struktur dan gaya bahasa penulisan nya. Sejarawan harus menyadari dan berusaha agar orang lain dapat mengerti pokok-pokok pemikiran yang diajukan.
H.    Sumber Data Penelitian Historis
Sumber dari sejarah yang merupakan data yang digunakan dalam penelitian dengan metode sejarah dapat diklasifikasikan secara bermacam-macam. Antara lain: remain, dokumen, sumber primer, sumber sekunder, materi fisik, materi tertulis dan sebagainya.
1.      Remain dan Dokumen
Jika sumber sejarah ditinjau dari segi sengaja atau tidak sengajanya bahan atau sumber data tersebut ditinggalkan, maka sumber sejarah dapat dibagi dua, yaitu : remain dan dokumen.
a.       Remain atau Relics, yaitu bahan-bahan fisis atau tulisan yang mempunyai nilai-nilai sejarah yang terdapat tanpa suatu kesadaran menghasilkannya untuk suatu keperluan pembuktian sejarah. Peninggalan materi termasuk: alat perkakas, perhiasan-perhiasan kuno, bangunan seperti piramida, candi, senjata-senjata, sendok benda budaya dan sebagainya.
b.      Dokumen, yaitu laporan dari kejadian-kejadian yang berisi pandangan serta pemikiran-pemikiran manusia dimasa yang lalu. Dokumen tersebut, secara sadar ditulis untuk tujuan komunikasi dan transmisi keterangan. Contoh dari dokumen antara lain buku harian, batu tertulis, daun-daun lontar dan sebagainya.[17]
2.      Sumber Primer dan Sekunder
      Sumber primer dan skunder ini bisa berbentuk orang atau barang tergantung pada subyek atau objek yang diteliti.
a.       Sumber primer adalah tempat atau gudang penyimpan yang orisinil dari data sejarah. Data primer merupakan sumber-sumber dasar yang merupakan bukti atau saksi utama dari kejadian yang lalu. Contoh dari data atau sumber primer adalah catatan resmi yang dibuat pada suatu acara atau upacara, keputusan-keputusan rapat, foto-foto dan sebagainya.
b.      Sumber sekunder adalah catatan tentang adanya suatu peristiwa, atau catatan-catatan yang “jaraknya” telah jauh dari sumber orisinil. Misalnya keputusan rapat suatu perkumpulan bukan didasarkan dari keputusan (minutes) dari rapat itu sendiri, tetapi dari sumber berita di surat kabar.[18]
Dengan demikin, bila dilihat dari sifat, dan langkah penelitian sejarah, maka ada 3 (tiga) hal yang menjadi bagan penting, yaitu:
Bagan dalam Penelitian Sejarah
1.      Sumber lisan, terbagi atas:

3.      Fakta, hipotesa, kesimpulan dari penyelidikan dokumen-dokumen dan sumber sejarah, masih perlu kajian dan penelitian lebih lanjut

2.      Bukti, adanya kenyataan sejarah

a.      Sumber primer:  Jika ada pelaku sejarah yang masih hidup, dapat menceritakan pengalamannya secara langsung, ketika peristiwa sejarah itu terjadi.
b.      sumber sekunder: Jika bukan pelaku, tetapi ia menyaksikan saat terjadinya suatu peristiwa sejarah.

Metode sejarah lisan adalah suatu metode pengumpulan data atau bahan guna penulisan sejarah yang dilakukan sejarawan melalui wawancara terhadap para pelaku sejarah yang ingin diteliti. Di Indonesia metode wawancara dalam penulisan sejarah mulai dikembangkan dengan diawali adanya proyek sejarah lisan yang ditangani oleh Badan Arsip Nasional.
Berkembangnya metode wawancara dalam penulisan sejarah di Indonesia dilatarbelakangi oleh sulitnya menemukan jejak masa lampau berupa dokumen yang sezaman serta makin berkembangnya perhatian studi sejarah yang mengarah ke subyek masyarakat berupa orang kecil dalam peristiwa kecil yang biasanya tidak meninggalkan jejak berupa dokumen.
I.       Jenis-jenis Penelitian Historis
Penelitian historis banyak sekali macamnya. Tetapi secara umum, menurut A. Nevins, (1993) dapat dibagi atas empat jenis, yaitu: Penelitian Sejarah Komparatif, Penelitian Yuridis atau Legal, Penelitian Biografis, dan Penelitian Bibliografis.[19] Berikut akan diuraikan secara singkat.
1.      Penelitian Sejarah Komparatif
Jika penelitian dengan metode sejarah dikerjakan untuk membandingkan faktor-faktor dari fenomena-fenomena sejenis pada suatu periode masa lampau, maka penelitian tersebut dinamakan penelitian sejarah komparatif. Misalnya, ingin memperbandingkan sistem pengajaran di Cina dan Jawa, dan pada masa kerajaan Majapahit. Dalam hal ini, si peneliti ingin memperlihatkan unsur-unsur perbedaan dan persamaan dari fenomena-fenomena sejenis. Atau misalnya seorang peneliti ingin membandingkan usaha tani serta faktor sosial yang mempengaruhi usaha tani dari beberapa negara dan membandingkannya dengan usaha tani Indonesia dalam tahap-tahap trend waktu zaman pertengahan.
2.      Penelitian Yuridis atau Legal
Jika dalam metode sejarah diinginkan untuk menyelidiki hal-hal yang menyangkut dengan hukum, baik hukum formal ataupun hukum nonformal dalam masa yang lalu, maka penelitian sejarah tersebut digolongkan dalam penelitian yuridis. Misalnya peneliti ingin mengetahui dan menganalisa tentang keputusan-keputusan pengadilan akibat-akibat hukum adat serta pengaruhnya terhadap suatu masyarakat pada masa lampau, serta ingin membuat generalisasi tentang pengaruh-pengaruh hukum tersebut atas masyarakat, maka penelitian sejarah tersebut termasuk dalam penelitian yuridis.
3.      Penelitian Biografis
Metode sejarah yang digunakan untuk meneliti kehidupan seseorang dan hubungannya dengan masyarakat dinamakan penelitian biografis. Dalam penelitian ini, diteliti sifat-sifat, watak, pengaruh, baik pengaruh lingkungan maupun pengaruh pemikiran dan ide dari subjek penelitian dalam masa hidupnya, serta pembentukan watak figur yang diterima selama hayatnya. Sumber-sumber data sejarah untuk penelitian biografis antara lain: surat-surat pribadi, buku harian, hasil karya seseorang, karangan-karangan seseorang tentang figur yang diselidiki ataupun catatan-catatan teman dari orang yang diteliti tersebut.
4.      Penelitian Bibliografis
Penelitian dengan metode sejarah untuk mencari, menganalisa, membuat interpretasi serta generalisasi dari fakta-fakta yang merupakan pendapat para ahli dalam suatu masalah atau suatu organisasi dikelompokkan dalam Penelitian Bibliografis. Penelitian ini mencakup hasil pemikiran dan ide yang telah ditulis oleh pemikir-pemikir dan ahli-ahli. Kerja penelitian ini termasuk menghimpun karya-karya tertentu dari seorang penulis atau seorang filosof dan menerbitkan kembali dokumen-dokumen unik yang dianggap hilang dan tersembunyi seraya memberikan interpretasi serta generalisasi yang tepat terhadap karya-karya tersebut.
F.  Tipe-tipe Penelitian Sejarah dalam Pendidikan
Ada beberapa topik menarik dalam bidang pendidikan yang pantas digarap dalam penelitian historis.  Di dalam survai sejarah di bidang pendidikan, Mark Beach dalam (Suharsini Arikunto (1995)  telah menganalisis problematika dan topik-topik di dalam penelitian sejarah menjadi 5 (lima) tipe:
·         Tipe pertama memandang isu-isu sosial sebagai isu yang paling populer. Sebagai contoh adalah masalah pendidikan di pedesaan, upaya untuk mengadakan perombakan dalam dunia pendidikan, dan berbagai masalah tentang tes intelegensi.
·         Tipe kedua adalah hal-hal yang berhubungan dengan sejarah individu, misalnya biografi. Penelitian tipe ini biasanya didorong oleh keinginan sederhana untuk memperoleh pengetahuan tentang gejala yang tidak menjadi perhatian umum terhadap pemikiran seorang tokoh yang berjasa atau kontropersial dalam bidang pendidikan.
·         Tipe ketiga menyangkut upaya untuk mengadakan interpretasi idea tau kejadian yang tampaknya tidak berhubungan satu sama lain. Sebagai contoh adalah penerbitan berbagai buku pelajaran atau kurikulum berbagai jenis dan tingkat sekolah yang dimaksudkan, misalnya untuk menyelidiki perkembangan kurikulum dari masa ke masa.
·         Tipe keempat adalah problematika yang berhubungan dengan minat peneliti untuk mensintesakan  data lama menjadi fakta-fakta sejarah yang baru.
·         Tipe kelima adalah mengadakan interpretasi ulang bagi kejadian-kejadian masa lampau yang telah diinterpretasikan oleh sejarawan lain. Hasil interpretasi ulang seperti ini dikenal dengan sebutan perevisi sejarah (revisionist history) yang oleh pelakunya dimaksudkan untuk merevisi sejarah-sejarah yang ada ke dalam kerangka interpretasi baru.[20]
Bagi dunia pendidikan  fakta sejarah merupakan sesuatu yang sangat penting. Sejarawan pendidik dapat mengambil makna dari masa lampau untuk mengatasi masalah-masalah pendidikan yang timbul silih berganti pada waktu sekarang. Belajar dari pengalaman, mengambil manfaat dari sejarah berarti menghindarkan diri dari kegagalan kedua kali.
G.  Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian historis adalah penelitian yang memfokuskan pada masa lampau. Dimana tujuannya adalah untuk mengetahui apa dan bagaimana suatu sejarah dapat terjadi. Di antara ciri-ciri penelitian historis adalah :
1.      Metode sejarah lebih banyak menggantungkan  pada data yang diamati orang lain di masa-masa lampau.
2.      Data yang digunakan lebih banyak bergantung pada data primer dibandingkan dengan data sekunder.
3.      Metode sejarah mencari data secara lebih tuntas serta mengganti informasi yang lebih tua yang tidak diterbitkan ataupun yang tidak dikutip dalam bahan acuan yang standar.
Adapun kerangka penelitiannya yaitu :
1.      Pendefinisian Masalah dan perumusan masalah atau problematika
2.      Megumpulkan data dan menelaah sumber sejarah
3.      Merekam informasi dan menganalisis sumber data
4.      Mengevaluasi sumber-sumber data
5.      Menyimpulkan dan menginterpretasikannya.
Dan yang terakhir sumber-sumber untuk penelitian historis ini terdiri atas sumber primer dan sumber sekunder serta remain dan dokumen. Sedangkan topik-topik yang mungkin bisa dijadikan penelitian historis dalam bidang pendidikan antara lain: masalah sejarah sosial pendidikan, sejarah kurikulum, pemikiran dan tokoh pendidikan, atau revisi sejarah dalam bidang pendidikan.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kholliq dkk., (1999). Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
A. Nevins, (1993). Masters’ Essays in History, Columbia Univ. Press, New York.
Arikunto, Suharsini, (1995). Manajemen Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, Cetakan Ketiga.
Darmadi, Hamid, (2013). Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial, CV. Alfabeta, Bandung, Cetakan Pertama.
M. Subana, dkk., (2005). Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung : Pustaka Setia
Moh. Nazir, (1988). Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia
Nurul Zuriah, (2009). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara
Syamsuddin AR. dan Vismaia S, Damaianti, (2007). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, Cetakan kedua
Sukardi, (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.




[1] Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Penerbit: Alfabeta: Bandung, 2013), hlm. 2

[2] Ibid. hlm. 3
[3] Ibid.
[4] Ibid. hlm. 4-6
[5] A. Nevins, (1993). Masters’ Essays in History, (Columbia Univ. Press, New York, 1993), hlm. 9
[6]Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 51-52
[7]Ibid.
[8]Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 1995), hlm. 332
[9] Ibid.
[10] Nurul Zuriah, op cit.  hlm. 52
[11] Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), hlm. 56
[12] Ibid. hlm. 71
[13] Ibid. halaman 57
[14] M. Subana, dkk., Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah.(Bandung: Pustaka Setia, 2005), hlm. 88
[15] Suharsimi Arikunto, op cit. hlm. 334
[16] Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan. (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2003), hlm. 99
[17]Moh. Nazir, Op. Cit., hlm. 58
[18] Ibid., hlm. 58-59

[19] A. Nevins,  Masters’ Essays in History, (Columbia Univ. Press, New York, 1993), hlm. 102
[20] Suharsimi Arikunto, op cit. hlm. 336