PENELITIAN SEJARAH (HISTORIS)
Oleh: Akhmad Dairoby Al-Banjary
Abstrak
Penelitian historis di dalam bidang
pendidikan merupakan penelitian yang sangat penting atas dasar beberapa alasan.
Penemuan-penemuan dari kegiatan penelitian akan sangat bermanfaat karena dari
masa lampau akan diketahui pengalaman baik maupun kesalahan-kesalahan yang
telah diperbuat oleh para pendahulu. Di samping itu informasi tentang hal yang
diperoleh akan dapat digunakan untuk mengubah langkah, serta meramalkan apa
yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Dalam tulisan ini memuat gambaran
secara ringkas mengenai metode, metodelogi, hubungan metode dan metodelogi, prinsip-prinsip
dan langkah-langkah yang harus dipahami oleh seorang yang ingin melakukan
penelitian historis.
Kata kunci: metode sejarah dan penelitian sejarah.
A. Pendahuluan
Para
peneliti dapat memilih berjenis-jenis metode dalam melakukan penelitiannya.
Sudah terang, metode yang dipilih berhubungan erat dengan prosedur, alat serta
desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus sesuai dengan metode
penelitian yang dipilih. Prosedur serta alat yang digunakan dalam penelitian
harus cocok dengan metode penelitian yang digunakan.
Penelitian dapat kita lihat dari segi perspektif serta waktu
terjadinya fenomena-fenomena yang diselidiki. Metode sejarah
mempunyai perspektif historis. Banyak juga ahli yang mempersamakan metode
sejarah dengan metode dokumenter, karena dalam metode sejarah banyak data
didasarkan pada dokumen-dokumen. Tetapi sebenarnya metode sejarah tidak sama
dengan metode dokumenter, karena metode dokumenter dapat saja mengenai masalah
dini dan tidak perlu mengenai masalah masa lalu. Metode sejarah menggunakan
catatan observasi atau pengamatan orang lain yang tidak dapat diulang-ulang
kembali.
Penelitian historis di dalam pendidikan
merupakan penelitian yang sangat penting atas dasar beberapa alasan. Penelitian
historis bermaksud membuat rekontruksi masa latihan secara sistematis dan
objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasikan serta
mensintesiskan bukti-bukti untuk mendukung bukti-bukti untuk mendukung fakta
memperoleh kesimpulan yang kuat. Dimana terdapat hubungan yang benar-benar utuh
antara manusia, peristiwa, waktu, dan tempat secara kronologis
dengan tidak memandang sepotong-sepotong objek-objek yang diobservasi.
B. Pengertian Metode dan Metodologi dan Hubungannya
Menurut
definisi kamus Webster’s Third New International Dicitionary Of The English
Language dalam Hamid Darmadi (2013) yang
disebut dengan metode pada umunya adalah
- Suatu prosedur atau proses untuk mendapatkan sesuatu objek;
- Suatu disiplin atau sistem yang acapkali dianggap sebagai suatu cabang logika yang berhubungan dengan prinsip-prinsip yang dapat diterapkan untuk penyidikan kedalam suatu eksposisi dari beberapa subjek;
- Suatu prosedur, teknik, atau cara melakukan penyelidikan sistematis yang dipakai oleh atau yang sesuai untuk suatu ilmu (sains), seni, atau disiplin tertentu : metodelogi;
- Suatu rencana sistematis yang diikuti dalam menyajikan materi untuk pengajaran;
- Suatu cara memandang, mengorganisasi dan memberikan bentuk dan arti khusus pada materi-materi artistik: suatu cara, teknik, atau proses dari atau untuk melakukan sesuatu: suatu keseluruhan keterampilan-keterampilan (a body of skills) atau teknik-tehnik.[1]
Jadi yang dimaksud dengan metode adalah suatu prosedur yang
sifatnya teratur dalam melakukan penelitian agar mendapatkan objek yang akan
menjadi penelitiaanya.
Dalam hal ini metode dan metodologi erat hubungannya seperti
yang akan digambarkan oleh webster’s. Metodologi yang dimaksud adalah:
- Suatu keseluruan (body) metode–metode prosedur–prosedur, konsep-konsep kerja, aturan-aturan, dan postult–postulat yang di gunakan oleh ilmu pengetahuan, seni, atau disiplin ...
- Proses, tehnik–tehnik, atau pendekatan–pendekatan yang di pakai dalam pemecahan suatu masalah atau di dalam mengerjakan sesuatu; suatu atau seperangkat prosedur–prosedur…
- Dasar teoritis dari suatu doktrin filsafat: premis–premis, postulat–postulat, dan konsep-konsep dasar dari suatu filsafat ... ;
- Suatu ilmu atau kajian tentang metode ... menganalisis prinsip–prinsip atau prosedur–prosedur yang harus menuntun penyelidikan dalam suatu bidang (kajian) tertentu.[2]
Kamus the new lexicon memberikan definisi umum
tentang metodologi yang lebih singkat : ’’suatu cabang filsafat yang
berhubungan dengan ilmu tentang metode tentang atau prosedur; suatu sistem
tentang metode-metode dan aturan-aturan yang digunakan dalam sains (science)”.
Merujuk pengertian di atas sudah tampak jelas pengertian
dari metode dan metodologi. Apabila digarisbawahi setiap pengertian, keduanya
ternyata mempunyai tugas yang sama, ringkasnya untuk mendapatkan objek yang
sedang diteliti oleh seorang peneliti itu sendiri. Hal ini juga ditambahkan
oleh Hamid Darmadi bahwa ”metode ada hubungannnya dengan suatu prosedur, proses
atau teknik yang sistematis untuk mendapatkan objek yang diteliti”.[3]
Selain mempunyai tugas yang sama antara metode dan metodologi
mempunyai kegiatan yang berbeda. Ini salah satu contoh yang cukup mudah dicerna
seperti yang dijelaskan oleh Hamid Darmadi masalah tukang tembok dan Insinyur.
Seorang tukang tembok yang jelas mengetahui bagaimana mengetahui dan menguasai
(metode) membangun rumah dengan melakukan sendiri penyusunan bata demi bata,
pencampuran semen untuk beton dan plester tembok tampa harus mengetahui segala
macam teori dan perhitungan yang cukup rumit. Tetapi seorang Insinyur membangun
rumah harus menguasai metodologi (ada metode juga) dalam membangun sebuah
gedung. ia merencanakan semua dari awal sampai dengan desainnya, kekuatan
bangunannya, keamanan dan kenyamannnnya sampai pada hubungan gedung dengan
lingkungan sekitarnya. Lebih jelasnya oleh Hamid Darmadi menambahkan diantara
keduanya. Pertama: metode sebagai bagaimana orang memperoleh pengetahuan (how
to know) dan ke dua: metodologi sebagai mengetahui bagaimana harus
mengetahui ( to know how to know).[4]
Jika gambaran di atas dikaitkan dengan metode dan metodologi
ilmu sejarah, maka yang dimaksud dengan metode sejarah tidak lain adalah bagaimana
mengetahui sejarah sedangkan metodelogi ialah mengetahui bagaimana
mengetahui sejarah. Secara definisi metode sejarah adalah seperangkat
prinsip dan aturan yang sistematis, didesain untuk memberikan bantuan dalam
upaya mengumpulkan sumber bagi sejarah, menilai secara kritis dan menyajikan suatu
sintesis yang biasanya dalam bentuk tertulis dari hasil yang didapatkan.
C. Pengertian Penelitian Sejarah
Sejarawan
Inggris E.H. Carr (dalam Gall, Gall & Borg, 2007), telah menjawab
pertanyaan “What is history?”. Sejarah adalah suatu proses interaksi
yang terus-menerus antara sejarawan dan fakta yang ada, yang merupakan dialog
tidak berujung antara masa lalu dan masa sekarang. Artinya sejarah adalah
pengetahuan yang tepat terhadap apa yang telah terjadi. Menurut Nevins (1933),
sejarah adalah deskrispsi yang terpadu dari kedaan-keadaan atau fakta-fakta
masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk
mencari kebenaran.[5]
Penelitian dengan menggunakan metode sejarah penyelidikan yang kritis terhadap
keadaan-keadaan, perkembangan, serta pengalaman di masa lampau dan menimbang
secara cukup teliti dan hati-hati bukti validitas dari sumber sejarah serta
interpretasi dari sumber- sumber keterangan tersebut.
Secara umum dapat dimengerti bahwa
penelitian historis merupakan penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi
informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis. Atau dapat
dengan kata lain yaitu penelitian yang bertugas mendeskripsikan gejala, tetapi
bukan yang terjadi pada waktu penelitian dilakukan.
Sejarah adalah pengetahuan yang tepat
terhadap apa yang telah terjadi. Sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari
keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan
penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran.
Menurut Jack. R. Fraenkel & Norman E.
Wallen, (1990:411) dalam Nurul Zuriah, (2005: 51) menyatakan bahwa penelitian
sejarah adalah penelitian yang secara eksklusif memfokuskan kepada masa lalu.
Penelitian ini mencoba merenkonstruksi apa yang terjadi pada masa yang lalu
selengkap dan seakurat mungkin, dan biasanya menjelaskan mengapa hal itu
terjadi.[6]
Dalam mencari data dilakukan secara sistematis agar mampu menggambarkan,
menjelaskan, dan memahami kegiatan atau peristiwa yang terjadi beberapa waktu
lalu.
Sementara menurut Donald Ary dkk. (1980)
dalam Nurul Zuriah, (2005:51) juga menyatakan bahwa penelitian historis adalah
untuk menetapkan fakta dan mencapai simpulan mengenai hal-hal yang telah lalu,
yang dilakukan secara sistematis dan objektif oleh ahli sejarah dalam mencari,
mengvaluasi dan menafsirkan bukti-bukti untuk mempelajari masalah baru
tersebut.[7]
Sedangkan menurut Suharsini Arikunto (1995)
menjelaskan secara umum dapat dimengerti bahwa penelitian historis merupakan
penelaahan dokumen serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa
lampau dan dilaksanakan secara sistematis.[8] Dengan mempelajari
sesuatu yang telah lampau para sejarawan pendidik berharap dapat memahami
keadaan, prakatek pendidikan dengan lebih baik dan selanjutnya dapat memecahkan
permasalahan yang timbul dengan mengacu pengalaman lama. Oleh karena itu Edward
Carr dalam Suharsini Arikunto (1995) dikatakan bahwa sejarah merupakan proses
interaksi yang tidak henti-hentinya antara sejarawan dengan fakta dan merupakan
dialog yang tidak pernah berakhir antara masa sekarang dengan masa lampau.[9]
Berdasarkan pandangan yang disampaikan oleh
para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian penelitian sejarah
mengandung beberapa unsur pokok, yaitu:
1.
Adanya proses pengkajian peristiwa atau kejadian masa lalu (berorientasi
pada masa lalu);
2.
Usaha dilakukan secara sistematis dan objektif;
3.
Merupakan serentetan gambaran masa lalu yang integratif
antar manusia, peristiwa, ruang dan waktu;
4.
Dilakukan secara interaktif dengan gagasan, gerakan dan
intuisi yang hidup pada zamannya (tidak dapat dilakukan secara parsial).
D. Tujuan Penelitian Sejarah
Adapun yang menjadi tujuan penelitian sejarah atau historis
adalah untuk memahami masa lalu, dan mencoba memahami masa kini atas dasar
persitiwa atau perkembangan di masa lampau.
Sedangkan Donal Ary (1980) dalam Nurul
Zuriah (2005: 52) menyatakan bahwa tujuan penelitian historis adalah untuk
memperkaya pengetahuan peneliti tentang bagaimana dan mengapa suatu kejadian
masa lalu dapat terjadi serta proses bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini,
pada akhirnya, diharapkan meningkatnya pemahaman tentang kejadian masa kini
serta memperolehnya dasar yang lebih rasional untuk melakukan pilihan-pilihan
di masa kini.[10]
Berikutnya Jack R. Fraenkel dan Norman E.
Wellen (1990) dalam Moh. Nazir (1998:56) menyatakan bahwa para peneliti
pendidikan sejarah melakukukan penelitian sejarah dengan tujuan untuk :
1. Membuat orang menyadari apa yang
terjadi pada masa lalu sehingga mereka mungkin mempelajari dari kegagalan dan
keberhasilan masa lampau;
2. Mempelajari bagaiman sesuatu telah
dilakukan pada masa lalu, untuk melihat jika mereka dapat mengaplikasikan
maslahnya pada masa sekarang;
3. Membantu memprediksi sesuatu yang
akan terjadi pada masa mendatang;
4. Membantu menguji hipotesis yang
berkenaan dengan hubungan atau kecendrungan. Misalnya pada awal tahun 1990,
mayoritas guru-guru wanita datang dari kelas menengah ke atas, tetapi guru
laki-laki tidak;
5. Memahami praktik dan politik
pendidikan sekarang secara lebih lengkap.[11]
Dengan demikian, tujuan penelitian sejarah
tidak dapat dilepaskan dengan kepentingan masa kini dan masa mendatang.
Terkait dengan poin ke empat di atas, Ada
orang yang beranggapan bahwa hipotesis tidak diperlukan dalam penelitian
sejarah. Ini tidak benar. Seperti penelitian yang menggunakan metode-metode
lain, metode sejarah juga memerlukan adanya hipotesis sebagai jawaban sementara
dalam memecahkan masalah. Memang, jika kerja hanya untuk memperoleh
catatan-catatan masa lampau untuk kebutuhan masa sekarang, hipotesis tidak
diperlukan. Tetapi penelitian yang hanya sekedar mengumpulkan catatan-catatan
dan fakta-fakta masa lampau saja, bukanlah penelitian dalam arti yang
sesungguhnya, tetapi hanya merupakan sebagian kecil prosedur atau step-step
metode ilmiah dalam penelitian-penelitian sejarah. Seperti halnya
penelitian-penelitian lain, metode sejarah juga bermaksud untuk menemukan suatu
generalisasi yang akan menemukan pengertian-pengertian tentang
fenomena-fenomena dengan dimensi waktu, yang mana generalisasi itu mencakup
bukan saja masa lampau, tetapi juga tentang masa sekarang dan masa yang akan
datang. Karena itu, hipotesis dalam metode penelitian sejarah diperlukan
sebagai titik tolak dalam memfokuskan serta memandui kerja.
E. Prinsip-prinsip dalam Penelitian Historis
Pertama
yang harus dilakukan adalah menentukan topik penelitian dengan tujuan agar
dalam melakukan pencarian sumber-sumber sejarah dapat terarah dan tepat
sasaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan topik penelitian historis dapat
didasarakan pada unsur-unsur berikut ini:
1. Bernilai, yaitu peristiwa sejarah yang
diungkap tersebut harus bersifat unik, kekal, abadi.
2. Keaslian
(Orisinalitas),
yaitu peristiwa sejarah yang diungkap hendaknya berupa upaya pembuktian baru
atau ada pandangan baru akibat munculnya teori dan metode baru.
3. Praktis
dan Efesien,
yaitu peristiwa sejarah yang diungkap terjangkau dalam mencari sumbernya dan
mempunyai hubungan yang erat dengan peristiwa itu.
Secara
singkat dapat dikemukakan disini bahwa faktor-faktor kondisi tersebut ada yang
bersumber dari diri peneliti maupun dari luar. Apabila dicirikan ada empat hal
yang harus dipenuhi bagi terpilihnya masalah atau judul penelitian, yaitu harus
ada minat peneliti, harus dapat dilaksanakan, harus tersedia faktor pendukung
dan harus bermanfaat. Dua hal yang pertama bersumber dari peneliti( faktor
intern) dan dua terakhir bersumber dari luar peneliti( faktor ekstern)
F. Ciri-ciri Penelitian Sejarah
Beberapa
ciri-ciri khas dari metode sejarah adalah sebagai berikut :
1. Metode sejarah lebih banyak
menggantungkan diri pada data yang diamati orang lain di masa-masa lampau.
2. Data yang digunakan lebih banyak
bergantung pada data primer dibandingkan dengan data sekunder. Bobot data harus
dikritik, baik secara internal maupun eksternal.
3. Metode sejarah mencari data secara
lebih tuntas serta mengganti informasi yang lebih tua yang tidak tidak
diterbitkan ataupun yang tidak dikutip dalam bahan acuan yang standar.
4. Sumber data harus dinyatakan secara
defenitif, baik nama pengarang, tempat dan waktu. Sumber tersebut harus diuji
kebenaran dan ketulenannya. Fakta harus dibenarkan oleh sekurang-kurangnya dua
saksi yang tidak pernah berhubungan.[13]
Seorang sejarawan juga diharuskan untuk
mengetahui pengetahuan metodologis (tentu saja termasuk metode). Seperti yang
telah dijelaskan diatas pada intinya sejarawan itu bagaimana nantinya mampu
menggunakan ilmu metode sejarah. Pada tempat yang sebenarnya, seorang sejarawan
harus bisa mengetahui prosedur dari setiap metode sejarah.
Selain didukung sejarawan menguasai
metode dan metodelogi sejarah, sejarawan juga dituntut untuk menguasai yang
namanya teori dan filsafat. Sejarawan selalu dibenturkan dengan teori-teori
(pendidikan, sosial, ekonomi, politik, dll.) jika ingin menulis peristiwa
sejarah agar nantinya bisa membantu dalam menganalisisnya.
G. Langkah-langkah dalam Penelitian Sejarah
Menurut M. Subana dkk.
(2005: 88), merumuskan kerangka penelitian sebagai berikut : (1) Pendefinisian Masalah, (2) Perumusan
masalah, (3) Pengumpulan data, (4) Analisis data, dan (5) Kesimpulan.[14]
Senada dengan langkah-langkah seperti dikemukan di atas,
Suharsimi Arikunto merumuskan perosedur penelitian historis sebagai berikut:
(1) Merumuskan problematika, (2) Menelaah sumber-sumber sejarah, (3) Merekam
informasi dari sumber sejarah, (4) Mengeavalusi sumber-sumber sejarah, dan (5)
Menginterpretasikan hasil evaluasi sumber sejarah.[15]
Sebagai
contoh :
·
Judul : Penelusuran komunisme di Indonesia Tahun 1945
hingga tahun 1965.
·
Perumusan masalah : Apakah komunisme yang ada di masyarakat Indonesia merupakan warisan
penjajah atau kebudayaan asli ?
·
Pengumpulan data : Analisis dokumen, wawancara dari sumber primer dan sumber sekunder
·
Analisis data : Cenderung
melibatkan analisis yang logis, bukan analisis statistika, kalau pun perlu
statistika hanya sebatas statistik deskriptif.
·
Kesimpulan : Misalnya,
tidak benar bahwa komunisme merupakan budaya warisan penjajah yang menular pada
bangsa kita.
Sementara itu, menurut Sukardi (2003) mengemukakan
langkah-langkah dalam penelitian historis adalah sebagai berikut: (1) Pemilihan
subyek yang akan diteliti, (2) Heuristik (pengumpulan data), (3) Kritik (verifikasi),
(4) Interpretasi (penafsiran), dan (5) Historiografy (penulisan sejarah).[16]
Selanjutnya akan diuraikan secara ringkas langkah-langkah
seperti yang dikemukakan oleh para ahli di atas sebagai berikut:
1.
Pemilihan Subyek yang akan Diteliti
Pertama
yang harus dilakukan adalah menentukan topik penelitian dengan tujuan agar
dalam melakukan pencarian sumber-sumber sejarah dapat terarah dan tepat
sasaran.Pemilihan topik penelitian dapat didasarakan pada unsur-unsur berikut
ini:
- Bernilai, peristiwa sejarah yang diungkap tersebut harus bersifat unik, kekal, abadi.
- Keaslian (Orisinalitas), peristiwa sejarah yang diungkap hendaknya berupa upaya pembuktian baru atau ada pandangan baru akibat munculnya teori dan metode baru.
- Praktis dan Efesien, peristiwa sejarah yang diungkap terjangkau dalam mencari sumbernya dan mempunyai hubungan yang erat dengan peristiwa itu.
- Kesatuan, unsur-unsur yang dijadikan bahan penelitian itu mempunyai satu kesatuan ide.
2.
Heuristik (Pengumpulan Data)
Heuristik
merupakan langkah awal dalam penelitian sejarah untuk berburu dan mengumpulkan
berbagi sumber data yang terkait dengan masalah yang sedang diteliti. Misalnya
dengan melacak sumber sejarah tersebut dengan meneliti berbagai dokumen,
mengunjungi situs sejarah, mewawancarai para saksi sejarah.
3.
Kritik (Verifikasi)
Kritik
merupakan kemampuan menilai sumber-sumber sejarah yang telah dicari
(ditemukan). Kritik sumber sejarah meliputi kritik ekstern dan kritik intern.
- Kritik Ekstern, kritik ekstern di dalam penelitian ilmu sejarah umumnya menyangkut keaslian atau keautentikan bahan yang digunakan dalam pembuatan sumber sejarah, seperti prasasti, dokumen, dan naskah. Bentuk penelitian yang dapat dilakukan sejarawan, misalnya tentang waktu pembuatan dokumen itu (hari dan tanggal) atau penelitian tentang bahan (materi) pembuatan dokumen itu sndiri. Sejarawan dapat juga melakukan kritik ekstern dengan menyelidiki tinta untuk penulisan dokumen guna menemukan usia dokumen. Sejarawan dapat pula melakukan kritik ekstern dengan mengidentifikasikan tulisan tangan, tanda tangan, materai, atau jenis hurufnya.
- Kritik Intern, kritik Intern merupakan penilaian keakuratan atau keautentikan terhadap materi sumber sejarah itu sendiri. Di dalam proses analisis terhadap suatu dokumen, sejarawan harus selalu memikirkan unsur-unsur yang relevan di dalam dokumen itu sendiri secara menyeluruh. Unsur dalam dokumen dianggap relevan apabila unsur tersebut paling dekat dengan apa yang telah terjadi, sejauh dapat diketahui berdasarkan suatu penyelidikan kritis terhadap sumber-sumber terbaik yang ada.
4.
Interpretasi (Penafsiran)
Interfretasi
adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut hingga menjadi
satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Dari berbagi fakta yang ada
kemudian perlu disusun agar mempunyai bentuk dan struktur. Fakta yang ada
ditafsirkan sehingga ditemukan struktur logisnya berdasarkan fakta yang ada,
untuk menghindari suatu penafsiran yang semena-mena akibat pemikiran yang
sempit. Bagi sejarawan akademis, interpretasi yang bersifat deskriptif saja belum
cukup. Dalam perkembangan terakhir, sejarawan masih dituntut untuk mencari
landasan penafsiran yang digunakan.
5.
Historiografy (Penulisan Sejarah)
Historiografy
adalah proses penyusunan fakta-fakta sejarah dan berbagai sumber yang telah
diseleksi dalam sebuah bentuk penulisan sejarah. Setelah melakukan penafsiran
terhadap data-data yang ada, sejarawan harus sadar bahwa tulisan itu bukan
hanya sekedar untuk kepentingan dirinya, tetapi juga untuk dibavca orang lain.
Oleh karena itu perlu dipertimbangkan struktur dan gaya bahasa penulisan nya.
Sejarawan harus menyadari dan berusaha agar orang lain dapat mengerti
pokok-pokok pemikiran yang diajukan.
H. Sumber
Data Penelitian Historis
Sumber
dari sejarah yang merupakan data yang digunakan dalam penelitian dengan metode
sejarah dapat diklasifikasikan secara bermacam-macam. Antara lain: remain,
dokumen, sumber primer, sumber sekunder, materi fisik, materi tertulis dan sebagainya.
1. Remain dan Dokumen
Jika sumber sejarah ditinjau dari
segi sengaja atau tidak sengajanya bahan atau sumber data tersebut
ditinggalkan, maka sumber sejarah dapat dibagi dua, yaitu : remain dan dokumen.
a.
Remain atau Relics, yaitu bahan-bahan fisis atau tulisan yang mempunyai
nilai-nilai sejarah yang terdapat tanpa suatu kesadaran menghasilkannya untuk
suatu keperluan pembuktian sejarah. Peninggalan materi termasuk: alat perkakas,
perhiasan-perhiasan kuno, bangunan seperti piramida, candi, senjata-senjata,
sendok benda budaya dan sebagainya.
b.
Dokumen,
yaitu laporan dari kejadian-kejadian yang berisi pandangan serta
pemikiran-pemikiran manusia dimasa yang lalu. Dokumen tersebut, secara sadar
ditulis untuk tujuan komunikasi dan transmisi keterangan. Contoh dari dokumen
antara lain buku harian, batu tertulis, daun-daun lontar dan sebagainya.[17]
2. Sumber Primer dan Sekunder
Sumber primer dan skunder ini bisa berbentuk orang atau
barang tergantung pada subyek atau objek yang diteliti.
a.
Sumber primer adalah tempat atau gudang penyimpan yang orisinil dari data
sejarah. Data primer merupakan sumber-sumber dasar yang merupakan bukti atau
saksi utama dari kejadian yang lalu. Contoh dari data atau sumber primer adalah
catatan resmi yang dibuat pada suatu acara atau upacara, keputusan-keputusan
rapat, foto-foto dan sebagainya.
b.
Sumber sekunder adalah catatan tentang adanya suatu peristiwa, atau
catatan-catatan yang “jaraknya” telah jauh dari sumber orisinil. Misalnya
keputusan rapat suatu perkumpulan bukan didasarkan dari keputusan (minutes)
dari rapat itu sendiri, tetapi dari sumber berita di surat kabar.[18]
Dengan demikin, bila dilihat dari
sifat, dan langkah penelitian sejarah, maka ada 3 (tiga) hal yang menjadi bagan
penting, yaitu:
Bagan
dalam Penelitian Sejarah
1.
Sumber lisan,
terbagi atas:
|
3. Fakta, hipotesa, kesimpulan dari penyelidikan dokumen-dokumen
dan sumber sejarah, masih perlu kajian dan penelitian lebih lanjut
|
2. Bukti, adanya kenyataan sejarah
|
a. Sumber
primer:
Jika ada pelaku sejarah yang masih hidup, dapat menceritakan pengalamannya
secara langsung, ketika peristiwa sejarah itu terjadi.
b. sumber
sekunder:
Jika bukan pelaku, tetapi ia menyaksikan saat terjadinya suatu peristiwa
sejarah.
|
Metode sejarah lisan adalah suatu metode pengumpulan data
atau bahan guna penulisan sejarah yang dilakukan sejarawan melalui wawancara
terhadap para pelaku sejarah yang ingin diteliti. Di Indonesia metode wawancara
dalam penulisan sejarah mulai dikembangkan dengan diawali adanya proyek sejarah
lisan yang ditangani oleh Badan Arsip Nasional.
Berkembangnya metode wawancara dalam penulisan sejarah di
Indonesia dilatarbelakangi oleh sulitnya menemukan jejak masa lampau berupa
dokumen yang sezaman serta makin berkembangnya perhatian studi sejarah yang mengarah
ke subyek masyarakat berupa orang kecil dalam peristiwa kecil yang biasanya
tidak meninggalkan jejak berupa dokumen.
I.
Jenis-jenis Penelitian Historis
Penelitian
historis banyak sekali macamnya. Tetapi secara umum, menurut A. Nevins, (1993) dapat
dibagi atas empat jenis, yaitu: Penelitian Sejarah Komparatif, Penelitian
Yuridis atau Legal, Penelitian Biografis, dan Penelitian Bibliografis.[19]
Berikut akan diuraikan secara singkat.
1.
Penelitian Sejarah Komparatif
Jika penelitian dengan metode
sejarah dikerjakan untuk membandingkan faktor-faktor dari fenomena-fenomena
sejenis pada suatu periode masa lampau, maka penelitian tersebut dinamakan
penelitian sejarah komparatif. Misalnya, ingin memperbandingkan sistem
pengajaran di Cina dan Jawa, dan pada masa kerajaan Majapahit. Dalam hal ini,
si peneliti ingin memperlihatkan unsur-unsur perbedaan dan persamaan dari
fenomena-fenomena sejenis. Atau misalnya seorang peneliti ingin membandingkan
usaha tani serta faktor sosial yang mempengaruhi usaha tani dari beberapa
negara dan membandingkannya dengan usaha tani Indonesia dalam tahap-tahap trend
waktu zaman pertengahan.
2.
Penelitian Yuridis atau Legal
Jika dalam metode sejarah diinginkan
untuk menyelidiki hal-hal yang menyangkut dengan hukum, baik hukum formal
ataupun hukum nonformal dalam masa yang lalu, maka penelitian sejarah tersebut
digolongkan dalam penelitian yuridis. Misalnya peneliti ingin mengetahui dan
menganalisa tentang keputusan-keputusan pengadilan akibat-akibat hukum adat
serta pengaruhnya terhadap suatu masyarakat pada masa lampau, serta ingin
membuat generalisasi tentang pengaruh-pengaruh hukum tersebut atas masyarakat,
maka penelitian sejarah tersebut termasuk dalam penelitian yuridis.
3.
Penelitian Biografis
Metode sejarah yang digunakan untuk
meneliti kehidupan seseorang dan hubungannya dengan masyarakat dinamakan
penelitian biografis. Dalam penelitian ini, diteliti sifat-sifat, watak,
pengaruh, baik pengaruh lingkungan maupun pengaruh pemikiran dan ide dari subjek
penelitian dalam masa hidupnya, serta pembentukan watak figur yang diterima
selama hayatnya. Sumber-sumber data sejarah untuk penelitian biografis antara
lain: surat-surat pribadi, buku harian, hasil karya seseorang,
karangan-karangan seseorang tentang figur yang diselidiki ataupun
catatan-catatan teman dari orang yang diteliti tersebut.
4.
Penelitian Bibliografis
Penelitian dengan metode sejarah
untuk mencari, menganalisa, membuat interpretasi serta generalisasi dari
fakta-fakta yang merupakan pendapat para ahli dalam suatu masalah atau suatu
organisasi dikelompokkan dalam Penelitian Bibliografis. Penelitian ini mencakup
hasil pemikiran dan ide yang telah ditulis oleh pemikir-pemikir dan ahli-ahli.
Kerja penelitian ini termasuk menghimpun karya-karya tertentu dari seorang
penulis atau seorang filosof dan menerbitkan kembali dokumen-dokumen unik yang
dianggap hilang dan tersembunyi seraya memberikan interpretasi serta
generalisasi yang tepat terhadap karya-karya tersebut.
F.
Tipe-tipe Penelitian Sejarah dalam
Pendidikan
Ada
beberapa topik menarik dalam bidang pendidikan yang pantas digarap dalam
penelitian historis. Di dalam survai
sejarah di bidang pendidikan, Mark Beach dalam (Suharsini Arikunto (1995) telah menganalisis problematika dan
topik-topik di dalam penelitian sejarah menjadi 5 (lima) tipe:
·
Tipe pertama memandang isu-isu sosial sebagai isu
yang paling populer. Sebagai contoh adalah masalah pendidikan di pedesaan,
upaya untuk mengadakan perombakan dalam dunia pendidikan, dan berbagai masalah
tentang tes intelegensi.
·
Tipe kedua adalah hal-hal yang berhubungan dengan
sejarah individu, misalnya biografi. Penelitian tipe ini biasanya didorong oleh
keinginan sederhana untuk memperoleh pengetahuan tentang gejala yang tidak
menjadi perhatian umum terhadap pemikiran seorang tokoh yang berjasa atau
kontropersial dalam bidang pendidikan.
·
Tipe ketiga menyangkut upaya untuk mengadakan
interpretasi idea tau kejadian yang tampaknya tidak berhubungan satu sama lain.
Sebagai contoh adalah penerbitan berbagai buku pelajaran atau kurikulum
berbagai jenis dan tingkat sekolah yang dimaksudkan, misalnya untuk menyelidiki
perkembangan kurikulum dari masa ke masa.
·
Tipe keempat adalah problematika yang berhubungan
dengan minat peneliti untuk mensintesakan data lama menjadi fakta-fakta sejarah yang
baru.
·
Tipe kelima adalah mengadakan interpretasi ulang bagi
kejadian-kejadian masa lampau yang telah diinterpretasikan oleh sejarawan lain.
Hasil interpretasi ulang seperti ini dikenal dengan sebutan perevisi sejarah (revisionist
history) yang oleh pelakunya dimaksudkan untuk merevisi sejarah-sejarah
yang ada ke dalam kerangka interpretasi baru.[20]
Bagi dunia pendidikan
fakta sejarah merupakan sesuatu yang sangat penting. Sejarawan pendidik
dapat mengambil makna dari masa lampau untuk mengatasi masalah-masalah
pendidikan yang timbul silih berganti pada waktu sekarang. Belajar dari pengalaman,
mengambil manfaat dari sejarah berarti menghindarkan diri dari kegagalan kedua
kali.
G. Kesimpulan
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian historis adalah
penelitian yang memfokuskan pada masa lampau. Dimana tujuannya adalah untuk
mengetahui apa dan bagaimana suatu sejarah dapat terjadi. Di antara ciri-ciri
penelitian historis adalah :
1.
Metode sejarah lebih banyak menggantungkan pada data yang diamati orang lain di
masa-masa lampau.
2.
Data yang digunakan lebih banyak bergantung pada data primer
dibandingkan dengan data sekunder.
3.
Metode sejarah mencari data secara lebih tuntas serta mengganti
informasi yang lebih tua yang tidak diterbitkan ataupun yang tidak dikutip
dalam bahan acuan yang standar.
Adapun kerangka penelitiannya yaitu :
1. Pendefinisian Masalah dan perumusan
masalah atau problematika
2. Megumpulkan data dan menelaah sumber
sejarah
3. Merekam informasi dan menganalisis sumber
data
4. Mengevaluasi sumber-sumber data
5.
Menyimpulkan dan menginterpretasikannya.
Dan yang terakhir sumber-sumber untuk penelitian historis
ini terdiri atas sumber primer dan sumber sekunder serta remain dan dokumen.
Sedangkan topik-topik yang mungkin bisa dijadikan penelitian historis dalam
bidang pendidikan antara lain: masalah sejarah sosial pendidikan, sejarah
kurikulum, pemikiran dan tokoh pendidikan, atau revisi sejarah dalam bidang
pendidikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul
Kholliq dkk., (1999). Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik
dan Kontemporer, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
A.
Nevins, (1993). Masters’ Essays in History, Columbia Univ. Press, New
York.
Arikunto,
Suharsini, (1995). Manajemen
Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, Cetakan Ketiga.
Darmadi,
Hamid, (2013). Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial, CV. Alfabeta,
Bandung, Cetakan Pertama.
M. Subana, dkk., (2005). Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung
: Pustaka Setia
Moh.
Nazir, (1988). Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia
Nurul
Zuriah, (2009). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta :
Bumi Aksara
Syamsuddin
AR. dan Vismaia S, Damaianti, (2007). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa,
PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, Cetakan kedua
Sukardi,
(2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
[1] Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial,
(Penerbit: Alfabeta: Bandung, 2013), hlm. 2
[3] Ibid.
[4] Ibid. hlm.
4-6
[5]
A. Nevins, (1993). Masters’ Essays in History, (Columbia
Univ. Press, New York, 1993), hlm. 9
[6]Nurul
Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), hlm. 51-52
[8]Suharsimi
Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 1995),
hlm. 332
[11]
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1988), hlm. 56
[12] Ibid. hlm.
71
[15] Suharsimi
Arikunto, op cit. hlm. 334
[19]
A. Nevins, Masters’
Essays in History, (Columbia Univ. Press, New York, 1993), hlm. 102
[20]
Suharsimi
Arikunto, op cit. hlm. 336
Tidak ada komentar:
Posting Komentar